SIAPA RAJA JALANAN?

Rakyat.id
03/09/19

Berapa banyak percobaan transportasi umum yang digunakan agar tidak terjadi kemacetan, polusi, serta pemborosan energi fosil. Dari transportasi publik yang cepat, ramah lingkungan serta transportasi energi kesehatan yaitu dengan cara bersepeda. Kemacetan sekali lagi bukan bentuk kebudayaan yang mempunyai nilai serta ikatan norma. Tetapi kalau tidak dicarikan jalan keluarnya, bukan tidak mungkin hal ini akan menjadi perkembangan kebudayaan baru dalam era milenial.

Apa saja yang telah dipersiapkan oleh pemegang kebijakan pusat serta daerah dalam mengatasi kemacetan yang akan mempunyai titik lelah serta kemampuan kota atau desa tidak lagi bergerak karena faktor kepadatan kendaraan pribadi. Bagaimana hal ini akan menjadi mimpi buruk bagi negeri yang sedang menuju percepatan perkembangan.

Menjaga kedisiplinan dalam berlalu lintas, mengatur program perjalanan, membuat kawasan ganjil-genap, memang baik perbuatan yang telah dilakukan oleh pihak yang berwenang, tetapi ada juga kekurangan-kekurangan yang kurang diperhatikan. Apa saja yang dirasakan, perubahan, tata kota, kebersihan, pemanfaatan fungsi ruang, yang telah dilakukan kota dalam menghadapi mimpi buruk kemacetan?.

Kendaraan pribadi harus jauh memutar dari jalur utama yang tadinya sedikit mengeluarkan bahan bakar menjadi lebih banyak lagi. Jalanan kota yang kecil, bukan diperuntukan unutk jalan publik menjadi jalur hidup bebas aktif, itu berarti kerugian bagi warga yang hidup dilikungan tersebut untuk mendapatkan udara bersih, aman, nyaman serta bebas polusi. Pengendara roda dua bagaikan raja diantara jalan-jala dalam aturan serta kedisiplinan, dalam membuang emisi bbm yang jumlahnya tidak kalah banyak asap polusinya dengan kendaraan roda empat.

Penyempitan ruang jalan, bahu jalan untuk membuat surga pejalan kaki, apakah sudah tepat peruntukannya, atau kelak akan menjadi bumerang panas untuk kota itu sendiri. Saya bisa melihat pembangunan sisi jalan yang tidak pernah lelah untuk mengali dan menutup, sehingga bisa menjadi lagu,"gali lagi,gali lagi,gali lagi, tutup lagi, tutup lagi, tutup lagi, lubang lagi, lubang lagi, lubang lagi,". Membuat jalur pejalan kaki tanpa mendata, mengamati serta membaca perilaku pengguna jalan akan menyebabkan ruang hantu, siapa yang mau jalan kaki diantara jam 21.30 sampai jam 24.00, berapa banyak?.

Kenapa anda tidak membuatkan ruang untuk para pesepeda, hal ini lebih kreatif untuk kemajuan wilayah kota serta desa?.

Membuat banyak-banyak, membeli banyak-banyak transportasi publik, tetapi penumpangnya masih tetap berdiri didalam bus, kemacetan, serta kelalaian para penyerobotan jalan. Bagaimana membuat ketertarikan apabila menawarkan penderitaan?.

Tanpa alasan, semuanya menggunakan energi listrik terbarukan, melihat negara-negara lainnya, lakukan segera atau tidak sama sekali. Buatkan jalur-jalur transportasi tenaga sehat atau kita kembali ke transportasi jaman-jaman dahulu biar lebih klasik, sehingga mengetahui karakter publik kita jaman sekarang seperti apa ya?.

[fiq/rid]

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
© PT. Aliansi Rakyat Multimedia Indonesia 2021
userusersmagnifiercrossmenuchevron-down
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x