Pendekar tanpa nama mempelajari sebuah puisi saat berada di kuil pengabdian sejati
Seandainya kau tanyakan kenapa aku tinggal di bukit hijau
Aku akan diam-diam tertawa;jiwaku tenang
Bunga-bunga persik mengikuti air sungai
Ada langit dan bumi lain di balik dunia manusia
Puisi karangan: Li Bai (Wangsa Tang)
Dari puisi, seorang pendekar tanpa nama belajar tentang hidup kesederhanaan. Arti puisi mudah dimengerti, tidak rumit untuk dimengerti. Kesederhanaan dalam hal ini bukanlah suatu kesederhanaan yang didapat tanpa mempunyai ilmu pengetahuan yang tinggi . Penyair menulisnya dengan penuh kemahiran tingkat tinggi.
Kerikil-kerikil putih berloncatan di arus sungai
Satu-dua lembar daun memerah di musim gugur yang dingin
Tak gugur hujan di jalan perbukitan
Namun bajuku basah di udara yang hijau segar
Puisi karangan: Wang Wei
( Wangsa Tang)
Lalu pendekar tanpa nama melihat semua pemandangan hijau dihadapan matanya, bertanya tentang langkah kehidupannya kembali. Pada saat itulah ia teringat tentang sebuah percakapan antara Hu-ch’iu kepada Lie Zi;
Pengembara terbesar tak tahu ke mana ia pergi;
Pemandangan terbesar tak tahu apa yang dipandangnya.
Pengembaraannya tidak membawa ia ke suatu tempat lebih dari tempat lainnya;
Tidak memandangnya tak terarah
Ke suatu pemandangan lebih dari lainnya.
Itulah yang kumaksud memandang dengan benar
Puisi-puisi ikut diceritakan dalam sebuah novel pengembara pendekar terbaik yang pernah saya baca yaitu Naga Bumi karya Seno Gumira.