Esai

Melawan atau Dilawan Urbanisasi ?

 

 

2018 tatap  Jakarta, merupakan tantangan, kesedihan, kekhawatiran, keberkahan ataupun kesuksesaan. Masih selalu menjadi tanda tanya besar bagi kehidupan sejahtera warganya saat ini, dengan fenomena penduduk setiap harinya, dijalan-jalan ibukota ketika aktifitas pagi, sore, malam hari. Belum lagi apabila kita melihat aktifitas manusia di dalam kantor, transportasi publik, jalan bebas hambatan, pasar tradisional ataupun tempat belanja modern. Berapa banyak manusia berada dalam kesibukannya di dalam kota Jakarta ?.

Tak habis pikir orang – orang menyerbu kota Jakarta, apakah ada harapan tinggi atas nama Ibukota. Ketika musim berubah musim, liburan tiba berganti bulan serta tahun, warga penduduk bertambah banyak mengisi ruang – ruang bebas Jakarta. Apakah ini menjadi masalah Urbanisasi, dirasakan sama oleh setiap kota – kota besar di Indonesia pada umumnya. Tak sabar hati ini berbisik kepada jiwa, urbanisasi haruslah menjadi hubungan baik antar penduduk datang serta pergi, agar masih terwujudnya keharmonisan antara kota dan desa.

Bagaimana cara pemimpin daerah mengatasi urbanisasi ?

http://news.metrotvnews.com/metro/akW8a3XK-atasi-urbanisasi-pemprov-dki-harus-terapkan-kebijakan-ali-sadikin

Masih yakin untuk melawan arus urbanisasi ?

Sepertinya semua warga negara berhak untuk tinggal, datang, bekerja di ibukota. Bukannya saya mau melawan dari program-program urbanisasi yang telah diatur dalam sistem kependudukan, tetapi apakah kita juga melihat dari dampak, kenapa, mengapa arus urbanisasi ini menjadi pilihan bagi penduduknya. Dari jaman dahulu pemerintahan orde baru, apakah sudah terlihat pembangunan infrastruktur nyata dari Pulau Sabang – Merauke, pembangunan prasarana serta sarana. Pasti anda dapat menjawabnya sendiri hasil dari pembangunan era sebelumnya seperti apa bentuknya, proses serta tujuan. Saya tidak yakin dengan pilihan unutk melawan urbanisasi.

Tidak hanya kota yang menjadi sasaran urbanisasi, pulau-pulau eksotis, desa-desa juga menjadi tumpuan besar bagi gelombang arus urbanisasi, karena disana memberikan harapan, cahaya, kilauan-kilauuan cerita hidup yang membahagiakan bagi setiap para pelintas urbanisasi. Peningkatan jumlah penduduk secara cepat, tidak diikuti dengan program-program kota sejahtera bagi warganya akan menimbulkan efek kecemburuan sosial tinggi. Apakah hal ini akan menjadi masalah bagi urbanisasi, baik warga yang pergi ke kota, maupun warga kota yang pergi ke desa.

Lalu bagaimana ketika perbedaan warga urban ini menuju kota, pulau dan desa ?

Kenapa kita tidak pernah melihat hasil kompromi dari semua permasalahan ini diselesaikan oleh para pelaku urban juga, biarka saja terlebih dahulu warganya berkumpul, bergotong royong memecahkan masalah tentang urbanisasi, karena urbanisasi bukan hal baru dalam kehidupan di Indonesia. Masyarakat bertemu dengan masyarakatnya, lalu mencari solusi terbaiknya sebagai satuan kelompok agar bisa hidup sama rata, sama rasa sesuai dengan Pancasila serta Bhineka Tunggal Ika. Banyak langkah terbaik untuk membuat sila ke 5 dari Pancasila menjadi kebutuhan untuk semua rakyat, sebagai pemimpin kota, desa ataupun pulau agar berani mendengarkan apa kemauan para masyarakat urban ini untuk membangun lingkungannya. Lalu sistem pemerintahan kota merealisasikan menjadi pola nyata, tergambar dengan jelas, tepat, bermanfaat agar bisa dinikmati hasilnya oleh semua warga masyarakat.

Apa saja yang nantinya harus dipersiapakan oleh sistem pemerintahan kota, daerah, serta pusat ?

Ketika banyaknya penduduk dalam suatu wilayah, haruslah menjadi tantangan bagi para pemimpin kota dan desa. Bukan menjadi masalah yang tidak terpecahkan. Dengan segala aturan serta sistemk administratif untuk menghukum warga urban. Berartti kesatuan kota serta desa tidak siap untuk sebuah kemajuan dalam bernegara. Lapangan kerja, ketahanan pangan, trasnportasi publik, penegakan hukum, fasilitas hukum, fasilitas umum harus siap dalam menghadapi era urbanisasi. Tidak membangun kota dan desa menjadi lebih produktifi adalah kesalahan dalam ide berwawasan kesejahteraan, karena beriteraksi sosial merupakan suatu cara untuk mendapatkan kesejahteraan sosial.

Apakah pemerintahan pusat, kota dan desa sudah mempersiapkan hal ini unutk kemajuan manusianya ?

Pemerintahan sudah berusaha untuk mengembalikan kembali desa serta kota, menjadi tujuan kesejahteraan sesuai dengan sila ke -5.

https://infonawacita.com/menkeu-ungkap-fokus-peruntukan-dana-desa-tahun-2019-apa-itu/

https://news.detik.com/berita/4264436/jokowi-anggarkan-dana-desa-2019-sebesar-rp-73-triliun

https://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah

 

Tetapi apakah sumber daya manusianya telah siap untuk menerima semua kemajuan jaman, tentunya siap dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut ?

http://pakarkinerja.com/cara-membuat-strategi-pengembangan-sdm/

Semoga saja dengan urbanisasi negara, kota, dan desa tidak menghilangkan sifat tradisi keaslian para karakter warganya. serta masih menjunjung tinggi kearifan lokal para leluhur. Karena dengan urbanisasi, percampuran dari beragam kebiasaan akan membentuk interaksi baru di dalam kehidupan bermasyarakatnya.

Ketika mencoba berani untuk melakukan pertanyaan kenapa tidak kita lawan urbanisasi ?

Kita lawan urbanisasi dengan pemerataan kesejahteraan, infrastruktur terpadu, pendidikan terencana, untuk menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Mencintai desa itu adalah perjuangan hidup dalam menjaga lingkungan, pertanian, perkebunan, hutan bagi generasi berikutnya. Desa menjadi kuat bersama penduduknya, berdampingan menjadi penyeimbang kehidupan kota serta teknologi.

Kita lawan urbanisasi dengan gagasan serta wawasan terpadu mensejahterakan kemiskinan, mempergauli kemiskinan dengan penelitian, mendidik karakter kota serta desa menjadi karakter pembangunan keadilan sosial agar kelak hasil dari perlawanan urbanisasi menjadi mental bertarung unutk kemajuan. Sikap pemerintahan desa maupun kota dengan sendirinya harus memotivasi keadaan tersebut menjadi satuan peluang membuat kemajuan bagi wilayah, daerah, personal serta bangsa. Lalu data apa saja yang bisa dilakukan untuk bersahabat dengan pola urbanisasi, silahkan klik disini,

http://johannes.lecture.ub.ac.id/files/2012/10/PERUMAHAN-BAGI-KAUM-MISKIN-_-URBANISASI.pdf

https://id.beritasatu.com/cosmopolitan/urbanisasi-tantangan-penciptaan-kota-baru/162056

https://nasional.kompas.com/read/2015/11/05/18000061/Urbanisasi.dari.Masalah.Jadi.Peluang

 

Semoga percepatan urbanisasi menjadi kemajuan bagi seluruh rakyat Indonesia. [fiq/rid]

Terimakasih telah membaca & semoga bermanfaat.

 

 

 

 

Peace | Love | Unity | Respect
Baca Semua Komentar

Berita Terkait

Wawancara Politik

Menjadi perwakilan yang dipercayakan, bukan hal mudah untuk menjalankannya. Tetapi itu semuanya adalah tugas mulia bagi bangsa besar. Belajar terbuka terlebih dahulu kepada karakter dan…

PERJALANAN MEMORI

Pada tahun 1781 Túpac Amaru dikapak menjadi empat di tengah Plaza de Armas di Cuzco. Dua abad kemudian, seorang turis bertanya kepada seorang anak penyemir sepatu tepat di tempat tersebut, apakah ia…

KHUTBAH JUMAT KEISTIMEWAAN BULAN MUHARRAM

Naskah khutbah Jumat berikut ini mengingatkan kembali tentang keistimewaan bulan Muharram yang berjuluk “syahrullâh” (bulan Allah). Selain memperbanyak amal baik, yang perlu diperhatikan adalah ragam…

Apakah “Ibukota” Baru Hanya Cerita?

Melihat, mendengar, menyimak, hal apa saja yang mereka bicarakan di depan layar kaca, membuat bibir ini tersenyum, otak berpikir sejenak, bersuara bertanya, optimis untuk sesuatu hal baru. Banyak…