Sajak

Doa Sehelai Daun Kering

 

 

Janganku suaraku, ya ‘Aziz
Sedangkan firmanMu pun diabaikan
Jangankan ucapanku, ya Qawiy
Sedangkan ayatMupun disepelekan
Jangankan cintaku, ya Dzul Quwwah
Sedangkan kasih sayangMupun dibuang
Jangankan sapaanku, ya Matin
Sedangkan solusi tawaranMupun diremehkan
Betapa naifnya harapanku untuk diterima oleh mereka
Sedangkan jasa penciptaanMu pun dihapus
Betapa lucunya dambaanku untuk didengarkan oleh mereka
Sedangkan kitabMu diingkari oleh seribu peradaban
Betapa tidak wajar aku merasa berhak untuk mereka hormati
Sedangkan rahman rahimMu diingat hanya sangat sesekali
Betapa tak masuk akal keinginanku untuk tak mereka sakiti
Sedangkan kekasihMu Muhammad dilempar batu
Sedangkan IbrahimMu dibakar
Sedangkan YunusMu dicampakkan ke laut
Sedangkan NuhMu dibiarkan kesepian
Akan tetapi wahai Qadir Muqtadir

Wahai Jabbar Mutakabbir
Engkau Maha Agung dan aku kerdil
Engkau Maha Dahsyat dan aku picisan
Engkau Maha Kuat dan aku lemah
Engkau Maha Kaya dan aku papa
Engkau Maha Suci dan aku kumuh
Engkau Maha Tinggi dan aku rendah serendah-rendahnya
Akan tetapi wahai Qahir wahai Qahhar
Rasul kekasihMu maíshum dan aku bergelimang hawaí
Nabi utusanmu terpelihara sedangkan aku terjerembab-jerembab
Wahai Mannan wahai Karim
Wahai Fattah wahai Halim
Aku setitik debu namun bersujud kepadaMu
Aku sehelai daun kering namun bertasbih kepadaMu
Aku budak yang kesepian namun yakin pada kasih sayang dan pembelaanMu

Karya: Emha Ainun Nadjib

Peace | Love | Unity | Respect
Tinggalkan Komentar

Berita Terkait

Udaraku Polusi

Tanpa ruang terhimpit sesak Tanpa daya menghisap racun Tanpa rasa melaju deras menghujam dada, Akhirnya aku terhempas dalam lapisan asap Menghirupnya dalam lamunan sunyi Menghembusnya perlahan terasa…

Museum Korupsi

Proyek jalan sepanjang kenangan Kadang bergaris putih membelah hitam Atau dirubah saja bergaris hitam membelah warna putih Agar sedikit meninggalkan kelam Duduk ditengah sidang tanpa…

KATA ENTAH KEMANA

Ketika kata tak lagi mewah Tertikam aturan dalam ucapan makna Tak berbunyi hanya menulis disekam terbawa angin Terpenjara belenggu kuasa kata Tak bisa ringan diterima dengan akal pikiran Beradu kata…

Cintaku Padamu

Merajuk malam mengais bulan purnama bergelayutan pada awan kelam Sinarannya terbesit tipis tak bisa terlihat terang Bintang pun jatuh dalam bidak jaman Hanya angin dingin menepis pipi yang tak lagi…