Jiwamu kemana ketika pemilihmu terdiam bisu
Suaramu dimana saat aliran sungai mulai menghitam
Langkahmu tidak berderap, hanya menerbangkankan debu jalanan
Tatapanmu kosong tak berwarna-warni menghias angkasa
Bambu-bambu telah usang, hanya buang uang
Batu-batu berdiri kokoh, tidak meninggalkan roh
Awas kualat, berseloroh sambil tergopoh-gopoh
Merogoh uang rakyat
Menunggu roboh
Anak-anak kota bermain di tepi jalan
Menunggu ruang, tidak hanya pencitraan
Ketika malam terus datang, dimana peradaban
Hanya bau kemenyan tersandung dalam lubang kenyataan
Batu
Membatu-batu
Berbatu-batu
Aku tidak makan batu