Esai

SIAPA RAJA JALANAN?

Berapa banyak percobaan transportasi umum yang digunakan agar tidak terjadi kemacetan, polusi, serta pemborosan energi fosil. Dari transportasi publik yang cepat, ramah lingkungan serta transportasi energi kesehatan yaitu dengan cara bersepeda. Kemacetan sekali lagi bukan bentuk kebudayaan yang mempunyai nilai serta ikatan norma. Tetapi kalau tidak dicarikan jalan keluarnya, bukan tidak mungkin hal ini akan menjadi perkembangan kebudayaan baru dalam era milenial.

Apa saja yang telah dipersiapkan oleh pemegang kebijakan pusat serta daerah dalam mengatasi kemacetan yang akan mempunyai titik lelah serta kemampuan kota atau desa tidak lagi bergerak karena faktor kepadatan kendaraan pribadi. Bagaimana hal ini akan menjadi mimpi buruk bagi negeri yang sedang menuju percepatan perkembangan.

Menjaga kedisiplinan dalam berlalu lintas, mengatur program perjalanan, membuat kawasan ganjil-genap, memang baik perbuatan yang telah dilakukan oleh pihak yang berwenang, tetapi ada juga kekurangan-kekurangan yang kurang diperhatikan. Apa saja yang dirasakan, perubahan, tata kota, kebersihan, pemanfaatan fungsi ruang, yang telah dilakukan kota dalam menghadapi mimpi buruk kemacetan?.

Kendaraan pribadi harus jauh memutar dari jalur utama yang tadinya sedikit mengeluarkan bahan bakar menjadi lebih banyak lagi. Jalanan kota yang kecil, bukan diperuntukan unutk jalan publik menjadi jalur hidup bebas aktif, itu berarti kerugian bagi warga yang hidup dilikungan tersebut untuk mendapatkan udara bersih, aman, nyaman serta bebas polusi. Pengendara roda dua bagaikan raja diantara jalan-jala dalam aturan serta kedisiplinan, dalam membuang emisi bbm yang jumlahnya tidak kalah banyak asap polusinya dengan kendaraan roda empat.

Penyempitan ruang jalan, bahu jalan untuk membuat surga pejalan kaki, apakah sudah tepat peruntukannya, atau kelak akan menjadi bumerang panas untuk kota itu sendiri. Saya bisa melihat pembangunan sisi jalan yang tidak pernah lelah untuk mengali dan menutup, sehingga bisa menjadi lagu,“gali lagi,gali lagi,gali lagi, tutup lagi, tutup lagi, tutup lagi, lubang lagi, lubang lagi, lubang lagi,”. Membuat jalur pejalan kaki tanpa mendata, mengamati serta membaca perilaku pengguna jalan akan menyebabkan ruang hantu, siapa yang mau jalan kaki diantara jam 21.30 sampai jam 24.00, berapa banyak?.

Kenapa anda tidak membuatkan ruang untuk para pesepeda, hal ini lebih kreatif untuk kemajuan wilayah kota serta desa?.

Membuat banyak-banyak, membeli banyak-banyak transportasi publik, tetapi penumpangnya masih tetap berdiri didalam bus, kemacetan, serta kelalaian para penyerobotan jalan. Bagaimana membuat ketertarikan apabila menawarkan penderitaan?.

Tanpa alasan, semuanya menggunakan energi listrik terbarukan, melihat negara-negara lainnya, lakukan segera atau tidak sama sekali. Buatkan jalur-jalur transportasi tenaga sehat atau kita kembali ke transportasi jaman-jaman dahulu biar lebih klasik, sehingga mengetahui karakter publik kita jaman sekarang seperti apa ya?.

[fiq/rid]

Peace | Love | Unity | Respect
Tinggalkan Komentar

Berita Terkait

Meliana Oh Meliana !

Maafkan saya Ibu, saya membela Meliana Suara itu bergema diatas angkasa raya, apakah belum cukup sampai melewati tebalnya kisi-kisi jendela, lapisan-lapisan telinga serta keheningan semesta.…

ZILOT

Penulis: Goenawan Muhamad Sumber: catatan pinggir WOLE Soyinka tahu apa artinya diinjak dan bagaimana rasanya ditindas. Pemenang Hadiah Nobel untuk Sastra tahun 1986 ini sekarang berusia 74. Ketika ia…

TIGA SEKAWAN

Pada 1967, seribu tujuh ratus serdadu mengepung Che Guevara beserta sejumlah kecil gerilyawan Bolivia di sebuah jurang bernama Quebrada del Yuro. Che ditangkap dan dibunuh keesokannya.  Pada 1919…

PARA PEREMPUAN PEJUANG KEMERDEKAAN MEKSIKO

Perayaan seratus tahun telah usai dan semua sampah gemerlap telah disapu bersih. Revolusi pun mulai. Sejarah mengingat pemimpin2 revolusi seperti Zapata, Villa dan mereka yang jantan lainnya. para…