Sajak

Tumpang Pitu Banyuwangi


Aku melihatnya dari kiriman gambar

Cara menuju Tumpang Pitu Banyuwangi

Tidak ada asap terbakar

Daun, ranting, batu, kering, sunyi

Di tengah Jalan

Menunggu hujan

Menanti pasti akan tiba tarian hujan

Suaranya sudah dekat, seperti ada panggilan

Bertelanjang kaki menapak bumi

Disekitar berguguran daun jati

Setapak demi setapak ada apa di depan nanti

Jalanan sedikit menanjak membuat kejutan hati

Berhenti saling menatap

Seperti napak tilas

Langit biru tak beratap

Tidak ada wajah memelas

Abadikan diri dalam alam

Berbaris gunung-gunung kecil di ikat cincin lautan biru

Tersenyum, mengingat entah sampai kapan

Semoga alam lautan tak mati

Gila, Teluk Banyuwangi sungguh indah

Gunung, tepian garis air laut, awan putih, langit bergelantungan

Di depan mata menjadi saksi bisu peradaban

Air lautnya tenang tak bergelombang

Tak sudi mereka rampas dengan tambang emas

Tak rela air bercampur limbah kejahatan lingkungan

Akhirnya semua mati tak tersisa

Anak negeri tak bisa bercerita bangsa

[fiq/rid]

Foto: eko cb



Peace | Love | Unity | Respect
Tinggalkan Komentar

Berita Terkait

Tinta Hitam

Takut aku mati dalam kata tinta hitam putih, Takut aku tidak bersuara dalam makna lembaran kata, Takut aku buta dalam aksara perjalanan negara, Takut aku tuli dalam perintah aturan sistem penguasa,…

Kota Ku Bukan Untuk Mu

Jejak langkah tak lagi merekam tapak kaki Matahari kota berebut cahaya tanpa kesempatan Menderu keras, berteriak memberikan jalan Hanya lamunan serta tatapan tajam menerawang Wajah kota Wajah lelah…

Aku Manusia, Bukan Warna

Angin bergerak melewati musim Sinar pagi mengoyak kulit tak lagi berwarna Bukan sawo matang Tak lagi berwarna hitam Tak berubah menjadi putih Jiwa ini terhentak melihat manusia terinjak sepatu boot…

Mahar Nada Sumbang

Terdengar keras, seperti nada sumbang berbunyi nyaring di tengah padang sahara Sayup-sayup kata mahar sampai di meja makan dan kotak televisi Obrolan duit dari ribuan,ratusan,jutaan,miliar…