Lelah datang tak kenal waktu, amarah, kesal, luka, hitungan angka kehidupan
Tak kuat harapan datang mengikis impian suram, celoteh sang bulan pada bintang membawa surat cinta, tak lagi laku berbaring kaku
Bibir tipis sekarang hancur berdarah, robek, terasa sakit berucap rindu. Terkapar dalam bius asmara sesat tak berucap
Entah siapa dalang menjadi wayang, tertidur pulas tak memejamkan mata. Suara musik gamelan, irama pengantar ruang kenyataan.
Sinar dunia tak pernah berhenti dengan air mata, darah dari cerita selalu bertekuk lutut pada cahaya kehidupan
Bukan menunggu mati, menjalankan pesan tersaji di meja makan
Diam
Sunyi
Dingin