Sajak

Debu Jalanan

Lelah datang tak kenal waktu, amarah, kesal, luka, hitungan angka kehidupan

Tak kuat harapan datang mengikis impian suram, celoteh sang bulan pada bintang membawa surat cinta, tak lagi laku berbaring kaku

Bibir tipis sekarang hancur berdarah, robek, terasa sakit berucap rindu. Terkapar dalam bius asmara sesat tak berucap

Entah siapa dalang menjadi wayang, tertidur pulas tak memejamkan mata. Suara musik gamelan, irama pengantar ruang kenyataan.

Sinar dunia tak pernah berhenti dengan air mata, darah dari cerita selalu bertekuk lutut pada cahaya kehidupan

Bukan menunggu mati, menjalankan pesan tersaji di meja makan

Diam

Sunyi

Dingin

Peace | Love | Unity | Respect
Tinggalkan Komentar

Berita Terkait

Hakim Coreng Wajah Peradilan ?

Menghampiri akhir tahun Coret hitam wajah peradilan Hukum airmata keadilan Kasus dalam putusan Text dibacakan tetap saja kejahatan Menimbang Mengingat Memutuskan Akhirnya…

Surat Cinta

Penyair : W.S RENDRA Kutulis surat ini kala hujan gerimis bagai bunyi tambur mainan anak-anak peri dunia yang gaib. Dan angin mendesah mengeluh dan mendesah Wahai, Dik Narti, aku cinta kepadamu!…

Salam Suara Telolet

Dari wajah ceria tersimpul kesenangan, kebahagiaan, kebersamaan, satu suara mengisi hari-hari dalam rekaman jaman jalanan Dengan izin orang tua melangkah  pergi ke pinggir jalanan, membawa…

Jerat Kode Tak Lagi Berbisik!

Pengembang mengembang tambun terseret korupsi Tak jera kembali tersenyum seperti gorila menuju teralis besi Tak cukup satu kali terpidana korupsi Sudah sinting yang penting beraksi…