Naskah khutbah Jumat berikut ini mengingatkan kembali tentang keistimewaan bulan Muharram yang berjuluk “syahrullâh” (bulan Allah). Selain memperbanyak amal baik, yang perlu diperhatikan adalah ragam peristiwa bersejarah yang pernah terjadi dalam bulan pertama Hijriah ini.
Naskah khutbah Jumat berikut ini mengingatkan kembali tentang keistimewaan bulan Muharram yang berjuluk “syahrullâh” (bulan Allah). Selain memperbanyak amal baik, yang perlu diperhatikan adalah ragam peristiwa bersejarah yang pernah terjadi dalam bulan pertama Hijriah ini.
Khutbah I اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا مُوْسٰى بِاٰيٰتِنَآ اَنْ اَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ ەۙ وَذَكِّرْهُمْ بِاَيّٰىمِ اللّٰهِ ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُوْرٍ (إبراهيم: ٥) Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala, dengan senantiasa berupaya melakukan semua kewajiban dan meninggalkan semua larangan.
Kaum Muslimin yang berbahagia, Beberapa hari lagi kita akan meninggalkan Dzulhijjah, bulan terakhir di tahun 1442 H dan memasuki Muharram, bulan pertama di tahun baru 1443 H. Hadirin Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah,
Muharram adalah salah satu dari empat bulan yang dimuliakan (al-Asyhur al-Hurum). Empat bulan yang dimuliakan itu adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Di antara amalan bulan Muharram adalah: Pertama, memperbanyak puasa sebagaimana disabdakan oleh Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam:
أَفْضَلُ الصَّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ (رواه مسلم) Maknanya: “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa bulan Muharram dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam” (HR Muslim)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Hadits di atas secara jelas menyatakan bahwa kita disunnahkan berpuasa di bulan Muharram, terutama pada hari kesepuluh Muharram yang disebut dengan puasa ‘Asyura’. Begitu juga hari kesembilan yang disebut puasa tasu’a’. Bahkan Imam Syafi’i menyatakan dalam kitab al-Umm bahwa disunnahkan puasa tiga hari sekaligus, yaitu 9, 10 dan 11 Muharram.
Ketika ditanya mengenai puasa ‘Asyura’, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:
يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ (رَوَاهُ مُسْلِمٌ) Maknanya: “Menghapus dosa setahun yang telah berlalu” (HR Muslim) Kedua, kita disunnahkan untuk meluaskan belanja kepada keluarga pada hari kesepuluh Muharram. Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ (رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ وَالْبَيْهَقِيُّ وَغَيْرُهُمَا)
Maknanya: “Barang siapa melapangkan nafkah belanja kepada keluarganya (istri, anak dan orang-orang yang ia tanggung nafkahnya) pada hari ‘Asyura’, maka Allah akan melapangkan rezeki baginya sepanjang tahun” (HR ath Thabarani, al-Baihaqi dan lainnya).
Setelah menyebutkan beberapa jalur periwayatan dari hadits di atas dalam kitab Syu’abul Iman, Imam al-Baihaqi berkomentar: هٰذِهِ الْأَسَانِيدُ وَإِنْ كَانَتْ ضَعِيفَةً فَهِيَ إِذَا ضُمَّ بَعْضُهَا إِلَى بَعْضٍ أَخَذَتْ قُوَّةً “Sanad-sanad ini meskipun lemah, namun jika digabungkan menjadi kuat.”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Dua amalan di atas-lah yang secara eksplisit disebutkan dalam hadits, yaitu berpuasa dan melapangkan nafkah belanja kepada keluarga. Adapun amalan-amalan lain di hari ‘Asyura’ yang disebutkan oleh sebagian ulama, seperti melakukan shalat tasbih, sedekah, mengunjungi ulama, menjenguk orang sakit, mengusap kepala anak yatim, memakai celak, bersilaturahim dan lain-lain, maka boleh-boleh saja diamalkan pada hari ‘Asyura’ meskipun tidak ada hadits yang secara khusus menganjurkannya.
Karena itu semua adalah amalan-amalan yang baik dan dianjurkan untuk dilakukan, baik pada hari ‘Asyura’ ataupun lainnya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Sedangkan mengenai peristiwa penting bulan Muharram, terutama pada hari ‘Asyura’, di antaranya adalah:
Para hari ‘Asyura’, Allah menerima taubat Nabi Adam ‘alaihis salam dari maksiat yang beliau lakukan, yang bukan kufur, bukan dosa besar dan bukan dosa kecil yang mengandung unsur kehinaan jiwa.
Pada hari ‘Asyura’, Allah menyelamatkan Nabi Nuh alaihis salam dan kaumnya yang beriman dari air bah yang menenggelamkan seluruh apa yang ada di atas muka bumi. Pada hari ‘Asyura’, Allah menenggelamkan Fir’aun dan menyelamatkan Nabi Musa ‘alaihis salam dan kaumnya yang beriman.
Pada hari ‘Asyura’, Allah menyelamatkan Nabi Yunus ‘alaihis salam dari dalam perut ikan Hut.
Pada hari ‘Asyura’, Allah menganugerahkan kekuasan dan kerajaan kepada Nabi Sulaiman alaihis salam.
Pada hari ‘Asyura’, Allah menyembuhkan penyakit Nabi Ayyub ‘alaihis salam yang diderita selama 18 tahun. Penyakit itu bukanlah penyakit yang menjijikkan. Tidak benar bahwa beliau sakit sampai-sampai keluar ulat atau belatung dari tubuhnya.
Pada hari ‘Asyura’ tahun 4 H, terjadi perang Dzatur Riqa’. Pada hari ‘Asyura’ tahun 61 H, Sayyiduna al-Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhuma terbunuh sebagai syahid di tangan orang-orang yang berbuat zalim kepadanya di Karbala’, Iraq.
Dan masih banyak lagi kejadian dan peristiwa penting lainnya yang terjadi pada bulan Muharram yang kesemuanya menunjukkan kemuliaan dan keutamaan bulan Muharram. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
PENCERAMAH : Ustadz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur
[RID/fiq]