KYAI ANGLURAH MAMBAL SAKTI [part I]

Rakyat.id
14/09/21

PURANA WANGSA
KYAI ANGLURAH MAMBAL SAKTI

Pendahuluan
Om awighnam astu namā śidyam.

Om prânamyam sirā sang widyam, bhukti bhukti hitartwatam,
prêwaksyā tatwam widayah, wişņu wangsā pādāyā śiwanêm, sirā
ghranā sitityam waknyam. Rajastryam mahā bhalam, sāwangsanirā
mongjawam, bhupa-lakam, satyamloka. Om namadewayā,
pānamaskaraning hulun, ri Bhatarā Hyang mami. Om kara panga
bali puspanam. Prajā pasyā. nugrah lakam, janowa papā wināsayā,
dirgha premanaming sang ngadyut, sembahing ngulun ri
Sanghyang Bhumi Patthi,hanugrahaneng hulun, muncaranākna
ikang tatwa, mogha tan katamanan ulun hupadrawa, tan kêneng
tulah pāmiddi, wastu pari purņā hanmu rahayu, ratkeng kulā
warggā sāntanannirā, mamastu jagatitayā. sukham bhawantu Om
purnam bhawantu, saptawredyastu Swaha.

Pengaksama kami kehadapan Bhatara Hyang Mami yang bergelar
Omkara Hradaya Namah Swaha, Sunia Loka, Sida Loka Suara.
Anugrahkanlah hamba atau ijinkan hamba menceritakan segala masa
lalu yang telah tertulis dalam lepihan tembaga dan lontar yang sudah
suci menyatu dengan Hyang Widhi, Om Bhur, Bwah, Swah semoga
tidak berdosa, terikat usana, semoga tidak alpaka dari penciptaan Sang
Hyang Purwa Tatwa, begitu juga dengan seketurunan hamba,
bebaskanlah hamba dari alpaka kehadapan Ida Hyang Widhi, lara
wigraha mala papa petaka, bisa terbebas dari kutukan Sang Hyang
Widhi, membicarakan masa lalu, sekarang dan yang akan datang, juga
menemukan kebahagiaan sekala niskala atau lahir bathin, anugrahkanlah
hamba agar sempurna menemui panjang umur, kebahagiaan untuk

keluarga dan alam semesta.

Karena sebuah rasa penuh tulus dan kecintaan terhadap alam, budaya
serta kehidupan sosial masyarakat Hindu di Bali, berbekal keinginan
mengabdi terhadap tanah kelahiran dilandasi dengan semangat bakti
terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan para leluhur yang sudah
menyatu di dalam rangkuman sinar suci Beliau, kami memberanikan diri
meramu data-data yang ada didalam bentuk sebuah karya sastra yang

sangat sederhana yang kami persembahkan sebagai yadnya kepada
pembaca dan generasi penerus kita, agar bisa kelak dikemudian hari
dipakai sebagai bahan kajian dalam menyusun karya sastra yang lebih
sempurna.

Segala macam bentuk ketidaksempurnaan dan kekurangan memenuhi
kata demi kata dalam buku ini, sehingga dengan kerendahan hati kami
memohon berbagai petunjuk dalam usaha kami membuat buku ini
mendekati sempurna. Karena kami yakin dalam era global ini, banyak
hal yang harus bisa kita lakukan untuk menjawab berbagai pertanyaan
zaman, salah satu diantaranya adalah tentang sejarah. Sejarah yang
ditulis dengan dasar metode penulisan yang benar, data penunjang yang
kuat serta pemahaman yang dalam akan mampu membangun rasa cinta
generasi terhadap tanah kelahiran serta yang bertumbuh dan
berkembang di wilayahnya. Karena rasa cinta akan hadir apabila kita
mengenal jati diri yang mencakup tentang berbagai pilosofi yang
terkandung didalam kebiasaan kehidupan sosial budaya kita.

Pada
intinya kami berusaha menyelaraskan berbagai dasar budaya keagamaan
kita yang terdiri dari Kuno Dresta, Loka Dresta dan Sastra Dresta dalam
sebuah kajian yang bisa menggugah kesadaran kita tentang pentingnya
berbagai kearifan lokal yang didukung oleh sastra agama Hindu dalam
menjaga Sradha umat beragama. Semoga kemudian kita dan generasi
mendatang bisa melewati masa-masa kritis sebagai penjaga agama dan
budaya warisan leluhur kita dahulu, agar perjuangan dan usaha yang
sudah dilakukan oleh leluhur kita semenjak dahulu tidak hanya menjadi
cerita usang yang semakin hilang, hanya karena ketidaktahuan kita
terhadap perjuangan mereka.

Kita adalah bagian dari masa lalu, masa
kini dan masa yang akan datang, karena sejarah adalah sumber
pengetahuan yang merupakan satu-satunya media untuk mengetahui
masa lampau, yaitu mengetahui peristiwa-peristiwa penting pada masa
lampau dengan perbagai permasalahannya. Peristiwa yang menjadi
objek sejarah sarat dengan pengalaman penting manusia karena mampu
membangkitkan imajinasi memperluas wawasan intelektual,
memperdalam simpati, sebagai sarana ideal untuk mendidik masyarakat
agar berpikir secara bebas mengajarkan kepada masyarakat cara berfikir
mmeningkatkan kreatifitas dan memberikan pelajaran untuk mengenal
dirinya sendiri. Sejarah juga menjadi sumber pendidikan penalaran,
pendidikan moral, menciptakan kebijaksanaan, dasar pendidikan politik,
perubahan, pendidikan masa depan dan sebagai ilmu bantu untuk ilmu-
ilmu yang lain.

Sejarah dan Babad untuk menguji metode Sambung Batang ini, sehingga
buku hasil metode ini bisa menjadi salah satu alternatif untuk
membangun untaian kejadian setiap zaman secara lengkap dan medetail
dalam sebuah karya tulis semi akademis.
Kami ucapkan Terimakasih yang tidak terhingga kepada seluruh
keluarga besar ANGMAS, garis Keturunan dari Kyayi Anglurah
Mambal Sakti yang sudah memberikan bantuan sangat besar berupa
data-data terkait penyusunan buku ini.
Semoga pikiran yang jernih mengalir dari semua penjuru arah angin,
sehingga kita bisa memaknai setiap langkah dalam proses hidup di
Bhuwana Agung maupun Bhuwana Alit sebagai sebuah keharusan yang
sudah direncanakan oleh Sang Pencipta. Yang kekal adalah perubahan
dan kebenaran utama hanya nilai-nilai spirit dan ritual yang mampu
memaknai setiap perubahan sebagai sebuah kebenaran utama.

 

Dalam penyusunan buku ini saya menggunakan berbagai metode,
diantaranya saya namakan "Menyambung Batang", menimbang
kelaziman di berbagai wilayah, setelah zaman prasasti antara tahun 900
Masehi hingga 1200 Masehi, penduduk memiliki kecenderungan
melakukan pencatatan yang terbatas diantara clan-clan baik besar
maupun kecil, para penulis tradisional menuangkan pengetahuan mereka
dalam lembaran-lembaran daun lontar, yang sangat jarang menyertakan
tahun pada tulisan. Dengan mempelajari secara seksama, bentuk tulisan,
tata bahasa, serta isi yang tertuang dalam karya tulisan itu, dapatlah kita
menentukan apa maksud tulisan dan pada era kepemerintahan siapa
tulisan itu dibuat. Tulisan-tulisan klasik ini dikenal dengan nama Babad,
Bancangah, Ilikita atau Paplesiran.

 

Zaman babad berlangsung di Bali
antara tahun 1600 hingga pertengahan tahun 1700 Masehi. Mulai tahun
1950 setelah masa kemerdekaan barulah dilaksanakan kembali
pencatatan-pencatatan masih secara sangat sederhana oleh para pejabat
untuk kepentingan data penduduk, data wilayah dan pembagian
administrasi pemerintah Republik Indonesia. Dalam kurun waktu 1760
hingga hingga tahun 1950 terjadi kekosongan pencatatan di Bali, hal ini
terjadi akibat perang antar Nagari, wabah penyakit, kelaparan
Pemerintahan Kolonial dan Jepang serta bencana alam. Menyajikan
buku dengan catatan lengkap dari zaman Purba, Zaman Prasasti, Zaman
Babad, Zaman Kolonial Belanda-Jepang hingga zaman kekinian, patut
dilengkapi dengan catatan yang lengkap di masing-masing zaman
tersebut.

 

Setelah zaman Babad dan sebelum zaman Kemerdekaan RI saya
mencoba menyambung catatan tersebut dengan unduhan data-data dari
para peneliti asing yang tertuang dalam Bank Data yang menjadi koleksi
beberapa musium di luar negeri dan koleksi para kolektor data yang
tersimpan dengan sangat rapi pada tulisan-tulisan kuno berbahasa Jawa
Kuno, Inggris maupun Belanda. Menyambung catatan antara zaman ke
zaman ini yang saya namakan metode Menyambung Batang.

Semua
data dari masing-masing zaman dihubungkan dengan berbagai
peninggalan yang ada di tempat penelitian, juga warisan turun temurun
berupa bhisama dan aturan yang mengikat sebuah clan atau sebuah desa.
Sudah pasti pada proses ini memerlukan waktu yang lama, ketelitian
mengkaji dan penyajian dan khusus, sehingga mampu dibaca dan
dipelajari oleh seluruh lapisan masyarakat. Pada akhirnya setelah
terpapar semua data itu menjadi draft, saya memberikan keleluasaan
kepada para sahabat, masyarakat, para praktisi dan para penekun ilmu

sejarah dan Babad untuk menguji metode Sambung Batang ini, sehingga
buku hasil metode ini bisa menjadi salah satu alternatif untuk
membangun untaian kejadian setiap zaman secara lengkap dan medetail
dalam sebuah karya tulis semi akademis.

Kami ucapkan Terimakasih yang tidak terhingga kepada seluruh
keluarga besar ANGMAS, garis Keturunan dari Kyayi Anglurah
Mambal Sakti yang sudah memberikan bantuan sangat besar berupa
data-data terkait penyusunan buku ini.
Semoga pikiran yang jernih mengalir dari semua penjuru arah angin,
sehingga kita bisa memaknai setiap langkah dalam proses hidup di
Bhuwana Agung maupun Bhuwana Alit sebagai sebuah keharusan yang
sudah direncanakan oleh Sang Pencipta. Yang kekal adalah perubahan
dan kebenaran utama hanya nilai-nilai spirit dan ritual yang mampu
memaknai setiap perubahan sebagai sebuah kebenaran utama.

(lanjut part II)

Judul : PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI

Sumber : Lempihan tembaga & Lontar (Yayasan Dharma Kawisastra)

Penterjemah & Sejarawan : IDA BAGUS BAJRA. YDK. BALI. 04.2020

[RID/fiq]

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
© PT. Aliansi Rakyat Multimedia Indonesia 2021
userusersmagnifiercrossmenuchevron-down
1
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x