Mengapa Saya Menulis 1/

Rakyat.id
14/09/22

Saya mau menceritakan sebuah kisah yang sangat penting bagi saya: tantangan pertama saya dalam profesi menulis. saat pertama kali saya merasa khawatir tak akan mampu menjawab tantangan itu.

Kejadiannya di kota Llallagua, Bolivia. saya tak lama di sana, di daerah yang tak jauh dari pertambangan yang setahun sebelumnya pembantaian San Juan terjadi.

Pemerintah diktator Barrientos memerintahkan penembakan dari ketinggian perbukitan yang mengelilingi kota, atas para penambang yang sedang minum2 dan menari merayakan malam Santo Yohanes.

Pembantaian yang keji. saya tiba sekitar setahun kemudian, pada tahun 1968, dan tinggal beberapa waktu berkat keterampilan saya menggambar.

Saya selalu terdorong untuk menggambar, walaupun sketsa2 saya tak mampu menjembatani ruang kosong antara diri saya dan dunia.

Jarak terbesar adalah antara kemampuan dan aspirasi saya, tetapi setidaknya saya pandai dalam beberapa hal, seperti menggambar potret, misalnya. dan di sana, di Llallagua, saya menggambar semua anak penambang dan membuat poster untuk karnaval, acara publik, dan banyak lainnya.

Saya juga penulis lirik yang baik, sehingga warga kota mengadopsi saya. saya pun menikmati waktu di dunia beku yang menyedihkan itu, tempat udara dingin memperburuk kemiskinan.

Dan malam perpisahan pun tiba. para penambang yang menjadi teman2 saya mengadakan pesta minum2 untuk perpisahan. Kami minum chicha dan singani, sejenis anggur Bolivia yang sangat enak tapi agak mengerikan.

Dan kami pun bernyanyi, menceritakan lelucon, berikutnya lebih buruk dari sebelumnya, dan saya tahu bahwa pada pukul lima atau enam pagi, saya tak ingat persis, sirene akan berbunyi memanggil mereka bekerja, waktu untuk saya mengucapkan selamat tinggal.

Ketika waktunya semakin dekat, mereka mengelilingi saya seolah menuduh saya melakukan sesuatu. tapi bukan. mereka meminta saya memberi tahu tentang laut. mereka bilang:
"sekarang beri tahu kami seperti apa laut itu.”

Saya tergugu, pikiran saya kosong. para penambang adalah orang2 yang divonis mati dini oleh debu silikosis di perut bumi. pada waktu itu umur rata-rata di lorong bumi itu adalah 30, 35 tahun, tak lebih. mereka tak akan pernah melihat laut, akan mati tanpa pernah berkesempatan melihatnya, dan kemiskinan membuat mereka terikat, tak mungkin pergi dari Llallagua, kota kecil sengsara itu. tugas saya adalah membawa mereka ke laut, menemukan kata-kata yang mampu membuat mereka basah oleh airnya.

Itulah tantangan pertama saya sebagai penulis, yang meyakinkan saya bahwa profesi ini ada gunanya.

Pengarang Buku: Eduardo Galeano

Sumber Buku: El Cazador De Historias

Terjemahan Buku: Pemburu Rawi

Penterjemah : wardah hafidz


[RID]

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
© PT. Aliansi Rakyat Multimedia Indonesia 2021
userusersmagnifiercrossmenuchevron-down
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x