Dayang-dayangnya memandikannya dengan susu keledai dicampur madu.
Setelah mambalurinya dengan sari bunga melati, lily, dan kamperfuli, mereka membaringkan tubuhnya di atas bantal sutra berisi bulu angsa.Â
Di bulu matanya yang tertutup ditaruh selapis tipis aloevera.
Di wajah dan lehernya, campuran empedu sapi, telur burung onta, dan lilin lebah.Â
Ketika ia terbangun dari tidur siangnya, bulan telah tinggi di langit.Â
Dayang2 memenuhi tangannya dengan sari mawar dan membalur-wangi kakinya dengan eliksir almond dan bunga jeruk. cuping hidungnya menghirup harum jeruk nipis dan kayu manis, sementara kurma dari padang pasir mempermanis rambutnya, yang berkilau oleh minyak kenari.
Saat mengenakan makeup pun dimulai. bubuk kumbang memerahkan pipi dan bibirnya. antimon menggaris alisnya.
Lapis lazuli dan malakit melukiskan selubung bayang biru kehijaun di seputar matanya.
Di istananya di Alexandria, Cleopatra memulai malam terakhirnya.
Firaun terakhir, yang tidak secantik anggapan orang, ratu yang lebih mumpuni dibanding anggapan orang,yang menguasai beberapa bahasa dan paham ekonomi dan berbagai keahlian laki2 sehingga mencengangkan Roma,yang berperang melawan Roma,yang berbagi tempat tidur dan kuasa dengan Julius Caesar dan Mark Anthony,sekarang, mengenakan pakaian paling tidak lazim dan pelan-pelan duduk di singgasananya, sementara tentara Roma merangsek menyerang.
Julius Caesar sudah mati, Mark Anthony sudah mati.
Pertahanan Mesir runtuh.
Cleopatra memerintahkan keranjang jerami dibuka.
Suara berderik menggema.
Ular itu merayap.
Dan ratu sungai Nil itu membuka tuniknya, memberikan kepada ular buah dadanya yang telanjang berkilau berlapis bubuk emas.
Sumber Buku: Mirrors
Pengarang: Eduardo Galeano
Penerjemah: wardah hafidz
Foto: heritagedaily
[RID/fiq]