Filsafat | Tafsir | Gatolotjo |Barangpanglusan|Barangkinisik
Ilustrasi: Tiga orang Kyai dari Pondok Rejasari dan beberapa santri melakukan perjalanan panjang menuju Pondok Tjepekan untuk bertemu dengan guru santri tersohor.
Ketika sedang beristirahat, dari kejauhan terlihat seorang manusia.
Penokohan Gatolotjo:
Tubuhnya pendek kecil, berambut keriting, wajahnya kusam, mata juling, kedua alisnya bertemu searah, hidung pesek, mulut kecil, gigi menonjol keluar dan putih. Bibirnya Tebal berwarna biru, dagu besar menonjol, telinga mengkerut. Leher Pendek dan membesar, bahu ramping tipis.
Tangan Pendek dan kuat, jari-jari tangannya tak beraturan. Dadanya berlekuk-lekuk. Perut melembung dan pantatnya menggantung. Dengkulnya membentuk huruf X dan jalannya tertatih-tatih. Kulitnya bersisik gelap, nafasnya kembang kempis.
Ketika bertemu dengan Abdul Djabar, Dulmanap dan Ahmad Arif serta santri pengikutnya.
Gatolotjo melepaskan teka-tekinya kepada mereka bertiga :
Diantara posisi Dalang, Wayang , Layar, dan lampu Blencong di dalam pertunjukan wayang, mana yang lebih tua.
Tiga guru saling berbeda pendapat, tetapi tidak ada satupun yang benar menjawabnya, ada yang menjawab dalang, wayang dan layar.
Gatolotjo: Menurutku lampu blenconglah yang paling tua. Alasannya, meski layar dipasang, gamelan siap,dalang sudah datang, penabuh gamelan sudah duduk, tetapi kalau masih gelap tempatnya, jelas pertunjukan wayang belum bisa dimulai. Lampu blencong petunjuk hidup, ibarat Tuhan.
Layar itu artinya Raga, wayangnya berarti sukma sejati. Â Sinar kehidupan itu menerpa badan luar dalam, bawah atas. Setelah semua pertunjukan selesai,kemudian perlengkapan masuk kedalam kotak, kemana hilangnya sinar lampu blencong ?
Terimakasih telah membaca & Semoga bermanfaat. [rid]
Sumber : Tabloid Posmo 1999
Karya ada banyak versi: #Soerjanagara, #RadenNgabehiRonggowarsito, #bangsawantinggidiKediri, #sulukGatolotjo