Indonesia,kata Mendag, telah aktif berkontribusi dalam implementasi mandat pertemuan MRTmelalui penerapan kebijakan dalam memfasilitasi arus perdagangan barang esensial, vaksin dan barang medis yang mencakup kemudahan perizinan, digitalisasi prosedur kepabeanan, relaksasi restriksi ekspor, serta intensifikasi kerja sama, baik dengan Ekonomi APEC maupun di lingkup domestik.Terlepas dari hal tersebut, lanjutnya, kesenjangan akses terhadap vaksin merupakan faktor dominan yang menghambat upaya pemulihan ekonomi secara merata.
Peran penting sektor perdagangan serta peningkatan kolaborasi dapat menjadi instrumen efektif untuk mengatasi krisis dan mendorong pemulihan ekonomi di kawasan.“Kelancaran arus perdagangan dapat menjamin pemerataan akses vaksin, mengingat pemulihan ekonomi sangat bergantung pada keberhasilan vaksinasi, maka upaya dan langkah konkret di sektor perdagangan perlu diintensifkan dalam memastikan akses vaksin yang luas dan merata,”tegas Mendag Lutfi.
Pola perdagangan pascapandemi Covid-19 menjadi perhatian khusus dalam pembahasan AMM. Para Menteri APEC menggarisbawahi perlunya pendekatan yang kolaboratif dan adaptif untuk memastikan perdagangan yang inklusif serta berkelanjutan. Indonesia mendukung komitmen APEC untuk mewujudkan ketahanan ekonomi di kawasan melalui sinergi dengan sektor bisnis serta berbagi praktik kebijakan terbaik yang bisa diadaptasi anggota APEC lainnya.
Setelah kesepakatan Bogor Goals, APEC memasuki babak baru dalam mendorong kesejahteraan bagi masyarakat luas dan generasi mendatang melalui APEC Putrajaya Vision 2040. Di bawah keketuaan Selandia Baru, visi tersebut dituangkan ke dalam berbagai rencana aksi guna mewujudkan komunitas yang terbuka, dinamis, berketahanan dan berlandaskan perdamaian, termasuk melanjutkan peran APEC dalam mendukung sistem perdagangan multilateral dan WTO.
Mendag Lutfi menyampaikan, AMM merupakan momen penting bagi para Menteri APEC dalam memberikan sinyal positif dan dukungan terhadap hasil konkret WTO Ministerial Conference (MC-12) yang akan berlangsung pada November 2021.
Di samping itu, tahun depan, Indonesia selaku presidensi G-20 dan Thailand selaku tuan rumah APEC 2022 memegang peran penting dalam menentukan pemulihan arah ekonomi.
“Sinergi antara berbagai organisasi internasional dapat menjadi kunci keberhasilan dalam mengatasi tantangan ekonomi dan menjamin kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat untuk bangkit bersama pascapandemi,”pungkas Mendag.Sekilas Mengenai APECAPEC adalah forum kerja sama 21 Ekonomi di lingkar Samudra Pasifik. Kegiatan utama APEC meliputi kerja sama perdagangan, investasi, serta kerja sama ekonomi lainnya untuk mendorong pertumbuhan dan peningkatan kesejahteraan di kawasan Asia Pasifik.
Ekonomi anggota APEC terdiri dari Australia, Brunei Darussalam, Filipina, Kanada, Chile, Tiongkok, Hongkong, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Papua Nugini, Rusia, Singapura, Taiwan, Thailand, Amerika Serikat, dan Vietnam. Kerja sama APEC bersifat nonpolitis dimana keputusan yang dihasilkan sering tidak bersifat mengikat.
Pada 2021, anggota Ekonomi APEC mewakili 38 persen penduduk dunia (2,9 miliar), 47 persen dari perdagangan global (USD 24 triliun), dan 61 persen dari total riil produk domestik bruto dunia (USD 53 triliun). Pada 2020, total nilai ekspor Indonesia ke anggota APEC sebesar USD 117,8 milliar.
Tahun ini, rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) mencapai puncaknya di awal November 2021. Sejumlah dialog strategis dan diskusi mengenai langkah kolektif di tingkat para pemimpin dan Menteri APEC membahas tindak lanjut kesepakatan bersama dan program kerja nyata forum APEC dalam penanganan pandemi Covid-19 dan mendorong pemulihan ekonomi di kawasan Asia Pasifik secara merata. Pertemuan menghasilkan pernyataan bersama para Menteri APEC (APEC Joint Ministerial Statement) dan Deklarasi Pemimpin APEC (APEC Leaders Declaration).