Sebagai upaya perlindungan terhadap warga terlantar seperti anak jalanan, gelandangan, pemulung, pengemis dan Penerima Manfaat (PM) lainnya yang terdampak Covid-19, Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI, Harry Hikmat mengunjungi beberapa kampung komunitas pemulung di Jakarta untuk melihat langsung kondisi mereka sekaligus memberi bantuan sembako (7/5).
Kunjungan pertama Dirjen Rehsos ke komunitas pemulung dan anak jalanan di kolong tol jalan Papanggo Raya, Jakarta Utara. Tak ada bangunan menyerupai rumah, hanya sekat dengan tirai seadanya yang dikaitkan dari satu pilar ke pilar lain, dengan atap bangunan tol itu sendiri. Disini juga terparkir angkot-angkot yang menandakan beberapa warga komunitas berprofesi sebagai supir angkot.
Mereka meletakkan meja yang dipenuhi hasil rongsok dan kasur seadanya untuk sekedar mengistirahatkan badan. Dirjen Rehsos berdialog sekaligus memberikan bantuan sembako secara langsung kepada warga komunitas yang merupakan binaan Yayasan Kumala Jakarta Utara.
Dirjen Rehsos melanjutkan kunjungan kedua ke komunitas pemulung di kolong tol Gedung Panjang Jakarta Utara. Disini tampak bangunan rumah yang hanya tersusun dari rangkaian triplek dan papan kayu. Akses jalan sempit, banyak tali temali tempat menjemur pakaian yang tak bisa dinilai sisi estetikanya.
Bahkan Dirjen Rehsos harus menundukkan kepala saat memberi sembako kepada warga yang rumahnya di pojok kolong tol, karena jarak atapnya terlalu rendah. Namun kondisi ini tak melekangkan senyuman anak-anak yang duduk rapi berjajar di sebuah bangku kayu, mereka tetap bahagia. Komunitas ini merupakan binaan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Sekar Jakarta Utara.
Kunjungan ketiga ke komunitas mangga ubi di daerah Jakarta Barat. Komunitas ini berada di perkampungan yang nyaris tak berjarak dari satu rumah dengan rumah yang lain. Padat berdempet dengan bangunan yang dirangkai dari papan kayu. Nampak ada satu lapangan luas yang dipenuhi dengan tumpukan rongsokan hasil memulung. Komunitas ini merupakan binaan Yayasan Kampus Diakoneia Modern.
Dirjen Rehsos melanjutkan kunjungannya ke komunitas yang keempat, yaitu komunitas pemulung di gang Haji Saibun Pasar Minggu Jakarta Selatan. Berbeda dari komunitas pemulung lainnya, komunitas ini berada di tengah perkampungan dengan bangunan bergaya kluster. Beratap seng dan bangunan tersusun dari papan kayu. Tampak tumpukan karton berada hampir di setiap rumah.
Komunitas ini lebih banyak memulung karton dibanding barang rongsokan lainnya. Didampingi oleh Ketua Yayasan Nurul Iman sebagai yayasan pembina komunitas ini, Dirjen Rehsos menyerahkan bantuan sembako bahkan mengedukasi anak-anak untuk menjaga kebersihan dengan menggunakan hand sanitizer.
Kunjungan berlanjut pada Jum’at (8/5) ke Yayasan Putra Indonesia Mandiri di bilangan Jakarta Pusat. Dirjen Rehsos menyusuri jalan yang bahkan tidak sampai setapak. Ada sebuah bilik kecil yang ditinggali lansia laki-laki berprofesi pengamen. Ruangannya penuh sesak oleh kasur, lemari dan perkakasnya yang lain. Hanya ruang di atas kasurnya saja yang tersisa. Bahkan hanya satu orang saja bisa masuk ke ruangan itu.
“Terima kasih Pak, saya sudah dikasih sembako” ucap lansia pengamen itu ketika diberi sembako oleh Dirjen Rehsos. Dirjen Rehsos berpesan agar tidak mengamen dulu sementara waktu untuk menghindari terpapar Covid-19. Komunitas ini berada pada lingkungan padat penduduk. Profesi mereka bervariasi, ada yang pekerja lepas, pengamen, pedagang, pemulung dan cleaning service harian.
Kemudian Dirjen Rehsos bertolak ke Gunung Sahari Utara Jakarta Pusat sebagai lokasi terakhir kunjungannya. Komunitas pengamen dan buruh ini berada di pemukiman padat penduduk dengan gang-gang kecil. Pemukiman ini pun berada di pinggir kali yang acapkali mereka menjadi korban banjir. “Saya berterima kasih dapat bantuan dari Menteri Sosial,” ungkap Sumiati pedagang indomie dan juga orang tua tunggal binaan Yayasan Bu Amelia.
Dirjen Rehsos memberikan bantuan sosial berupa 160 paket sembako dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebagai mitra Kemensos dan 200 paket sembako dari Kemensos. Kemensos juga memberikan bantuan alat kesehatan berupa 20 paket masker, 40 botol hand sanitizer, 10 botol hand wash dan 10 Alat Pelindung Diri (APD) untuk masing-masing komunitas yang dikunjungi.
Pemulung merupakan salah satu pekerjaan yang terdampak pandemi Covid-19. Bahkan di kondisi pandemi, tak jarang dari mereka tetap mengais rezeki dengan berada di ruang publik di tengah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Melihat kondisi ini, dalam rangka memutus mata rantai penyebaran Covid-19, pemerintah berupaya untuk memberi perlindungan. Maka Kementerian Sosial membuat beberapa skema penanganan warga terlantar pada kondisi Pandemi Covid-19. Pendekatan pertama berbasis komunitas, yaitu penguatan keluarga secara langsung di lokasi komunitas melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS). Selain penguatan keluarga, intervensi edukasi dan bantuan sosial pun akan dilakukan di komunitas.
Pendekatan kedua yaitu berbasis Tempat Penampungan Sementara (TPS). Kemensos bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyediakan Gelanggang Olahraga (GOR) untuk menampung warga terlantar seperti tuna wisma, warga korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan Penerima Manfaat (PM) lainnya yang ditemukan di ruang publik. Mereka akan dibawa ke TPS dan Kemensos akan menghubungi keluarga serta membantu memulangkan mereka.
GOR tersebut berada di 5 titik lokasi, yaitu GOR Karet Tengsin di Jakarta Pusat, GOR Cengkareng di Jakarta Barat, GOR Ciracas di Jakarta Timur, GOR Tanjung Priok di Jakarta Utara dan GOR Pasar Minggu di Jakarta Selatan.
Pendekatan ketiga yaitu berbasis Balai. Bagi warga terlantar yang membutuhkan penanganan khusus seperti anak-anak, ibu hamil, lansia dan penyandang disabilitas, Kemensos menyediakan Balai Rehabilitasi Sosial sebagai TPS, yaitu Balai “Mulyajaya” Jakarta, Balai Anak “Handayani” Jakarta, Balai Napza “Bambu Apus” Jakarta, Balai Lanjut Usia “Budhi Dharma” Bekasi, Balai Netra “Tan Miyat” Bekasi serta Balai Eks Gelandangan dan Pengemis “Pangudi Luhur” Bekasi.
Upaya perlindungan ini tidak sebatas penyediaan TPS, lebih lanjut Kemensos pun memberikan bantuan sosial berupa sembako karena berdasarkan informasi, sebagian besar komunitas yang terbilang marjinal ini sulit akses terhadap bantuan. Setelah melihat kondisi komunitas, Dirjen Rehsos mengatakan bahwa perlu ada perbaikan data. “Kita tahu bahwa disamping bansos yang sudah disalurkan, masih ada alokasi yang bisa menambah target sasaran agar semakin tepat sasaran. Bisa juga mengganti keluarga yang tidak tepat sasaran. Jadi warga disini harus mendapat perhatian,” tegas Dirjen Rehsos.
Saat ini, bansos sembako yang diberikan kepada komunitas pemulung berasal dari Kemensos dan kepedulian mitra Kerja Kemensos yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI). “Kedepan, kita akan usulkan untuk bisa mendapat bansos Presiden,” kata Dirjen Rehsos. Banyak diantara mereka yang sulit mengakses bantuan sosial dari pemerintah. “Warga di kolong jembatan ini dimungkinkan sekali mendapat bantuan. Andai tidak terdaftar, kita bisa lakukan dengan cara lain, yaitu Kemensos bekerja sama dengan LKS, panti dan yayasan yang bekerja di grass root untuk salurkan bantuan sembako dan alat kesehatan,” tambah Dirjen Rehsos.
Pekerjaan sebagai pemulung pun sangat rentan di kondisi pandemi Covid-19, karena harus mencari rezeki dengan mengumpulkan barang-barang bekas yang tentunya tidak steril dari berbagai bakteri dan virus. Maka Kemensos juga memberi bantuan alat kesehatan kepada komunitas dan memberi edukasi untuk tetap di rumah.
Edukasi mengenai bahaya Covid-19, cara penyebarannya hingga kebijakan pemerintah tentang PSBB dan tetap di rumah saja ini bisa dilakukan oleh LKS, panti maupun yayasan yang membina komunitas tersebut.
“Negara harus hadir, kita tidak lagi melihat dia pendatang atau penduduk asli, punya KTP atau tidak, tinggal di kolong jembatan bahkan tempat kumuh sekalipun harus dibantu oleh siapapun. Tidak hanya oleh pemerintah, tapi semua masyarakat,” Pungkas Dirjen Rehsos.
Pada Kunjungan ini, Dirjen Rehsos didampingi oleh Direktur Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia beserta jajarannya, perwakilan Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak, Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Napza, Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas, Kepala Bagian Umum, Kepala Bagian Program dan Pelaporan dan Tim Humas Sekretariat Ditjen Rehsos, Kepala Bidang Rehsos Dinas Sosial DKI Jakarta, Kepala Seksi Rehsos Suku Dinas Sosial Jakarta Utara, perwakilan Suku Dinas Sosial Jakarta Barat, Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Sekretaris Camat Penjaringan Jakarta Utara beserta jajarannya dan para Ketua Yayasan.
Sumber: Humas Ditjen Rehabilitasi Sosial
[shk/RID]