Sumber & Foto : Humas Kemensetneg
Presiden
Joko Widodo menghadiri Indonesia-Australia Business Roundtable yang
digelar di Canberra Room, Hotel Hyatt, Canberra, Australia, pada Senin,
10 Februari 2020. Presiden salah satunya menyampaikan soal komitmen
pemerintahannya untuk menjadikan Indonesia sebagai negara ramah
investasi.
"Komitmen untuk menciptakan iklim investasi yang lebih baik akan terus saya lakukan. Kali ini saya coba once and for all
melalui dikeluarkannya Omnibus Law. Omnibus Law ini akan
menyederhanakan semua peraturan dan menciptakan iklim investasi yang
lebih baik. Saya targetkan Omnibus Law selesai pada semester I tahun
2020 ini," kata Presiden.
Dalam
pertemuan yang dihadiri sejumlah chief executive officer (CEO) dari
perusahaan-perusahaan swasta Australia tersebut, Presiden juga
memaparkan lima hal yang akan menjadi prioritas di periode kedua
pemerintahannya. Kelima prioritas tersebut adalah pembangunan sumber
daya manusia, melanjutkan pembangunan infrastruktur, menyederhanakan
regulasi, memangkas birokrasi, dan transformasi ekonomi dari
ketergantungan sumber daya alam menjadi manufaktur berdaya saing dan
jasa yang modern.
"Anda
pastinya melihat pembangunan infrastruktur besar-besaran yang kami
lakukan dalam 5 tahun yang lalu. Jalan tol, pelabuhan, bandara baru,
pembangkit listrik. Pembangunan infrastruktur telah ikut menopang
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup baik lebih dari 5 persen.
Pembangunan infrastruktur juga merupakan aset jangka panjang yang akan
terus menopang pertumbuhan ekonomi," kata Presiden.
Presiden
juga bersyukur bahwa Indonesia dan Australia memiliki pandangan yang
sama untuk menciptakan ekonomi terbuka yang adil dan saling
menguntungkan. Oleh karena itu, Presiden menyambut baik selesainya
proses ratifikasi Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership
Agreement (IA-CEPA).
"Kita
harus pastikan pelaksanaan IA-CEPA akan menguntungkan rakyat kedua
negara. Kita harus tunjukkan bahwa pengaturan seperti CEPA dapat saling
menguntungkan, dapat menciptakan win-win solution," kata Presiden.
"Oleh
karena itu, IA-CEPA bukan hanya menghapuskan tarif bea masuk di antara
kedua negara. Namun juga harus membuka peluang investasi Australia di
berbagai sektor. Dan harapan saya juga membuka arus pergerakan manusia
antara kedua negara," kata Presiden.
Secara
keseluruhan, Presiden memandang bahwa hubungan ekonomi
Indonesia-Australia cukup baik, namun belum mencerminkan potensi yang
ada. Oleh karena itu, IA-CEPA harus benar-benar menjadi pendorong bagi
meningkatnya hubungan ekonomi.
"Kita
harus fokus pada kerja sama yang dapat membuahkan hasil cepat dalam 100
hari pertama pascaratifikasi IA-CEPA. Di situlah masyarakat kita akan
paham bahwa IA-CEPA membawa manfaat," kata Presiden.
Kemitraan
ekonomi yang strategis tersebut, lanjut Presiden, akan ditopang dengan
kemitraan geostrategis yang kokoh. Menurutnya, Indonesia dan Australia
adalah mitra di ASEAN, mitra di Indo-Pacific, mitra di Pacific, dan
mitra di banyak isu internasional.
"Dengan demikian, tidak ada alasan bagi dua negara kita untuk tidak berhubungan dengan baik," kata Presiden.
Di
akhir sambutannya, Presiden mengajak semua pihak untuk meningkatkan
kerja sama dengan Indonesia dan meningkatkan investasi di Indonesia.
Presiden juga mendorong para CEO yang hadir untuk tidak segan
berkonsultasi dengan Menko Perekonomian dan para pengurus Kamar Dagang
dan Industri (KADIN) Indonesia apabila ada masalah yang dihadapi ataupun
apabila ada peluang usaha baru.
"Indonesia is open for business. Saya meyakini, pilihan kalian untuk bekerja sama dengan Indonesia sangat tepat," kata Presiden.
Turut
mendampingi Presiden dalam acara tersebut yaitu, Menteri Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md., Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Luar Negeri Retno
Marsudi, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Perdagangan Agus
Suparmanto, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, dan Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia, dan Duta Besar Indonesia
untuk Australia Yohanes Legowo.
Selain
itu, hadir pula Ketua KADIN Rosan Roeslani beserta jajarannya, dan
Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Mardani H. Maming. (Humas Kemensetneg)