Malam terlewati seperti kereta melaju dalam lintasan rel
Meraung-raung mebawakan kabarnya kepada gelap malam yang sakral
Terus menambah kecepatan mengadu nasib dengan peruntungan hidup
Tidak mengetahui apa yang siap menghadang di kerumunan gelap
Duduk di bangku penuh kutu
Berkelambu menanti tamu
Tak pikir menyajikan menu
Atau tamu akan menjadi debu
Jam terus berputar hingga pagi datang bersama kelam
Suara lokomotif, peluit, derap langkah, bau rem terbakar, barang bawaan, akhirnya ketakutan dimulai perlahan dalam barisan kusam
Tak beribu kata terucap, tak ada jabat tangan erat, tak ada pelukan hangat, tak ada ciuman, semuanya terbungkam
Senyap bertelungkup lembab tak jadi hujan tadi malam
Tak sempat berdandan
Kaget terbangun
Lalu berderet menyusuri jalan
Berharap nasib baik tak terkena tulisan di papan
Otak tertekan
Tak melawan
Suara pengatur suhu mendarat pelan
Ya anda boleh lewat
Selamat
Entah hari esok
Dalam kesempatan terdesak
Terhimpit deru nafas corona, awas jaga jarak
[fiq/RID]