Teringat Sosok Abdurrahman Wahid, Gus Dur!

Rakyat.id
15/11/18

 

 

Rindu dengan gaya pemikiran Gus Dur memahami jalannya politik bernegara, politik menjaga setiap jengkal wilayah Indonesia, serta gaya pemikiran santai bernegara bersama rakyatnya. Tidak ada perbedaan besar dari statusnya sebagai Presiden RI untuk bergaul bersama masyarakat luas.

Presiden Indonesia Ke-4, Abdurrahman Wahid, 20 Oktober 1999 - 23 Juli 2001, Ulama dan Negarawan.
Bercanda ala Gus Dur merupakan kecerdasan tingkat tinggi, penuh pemikiran terbaru serta senyuman, tak jarang menimbulkan gelak tawa, bahkan bisa menjadi suatu ide kreatif bagi masyarakat yang mencerna dengan baik canda-canda Gus Dur tersebut. Para pesohor antar dunia mengetahui sosok Gus Dur, dengan ciri spesialnya serta gagasan-gagasan kreatifnya untuk negeri.

Apa yang terjadi ketika Gus Dur melihat sebuah fenomena politik yang terjadi saat ini ?

Pada kesempatan lalu, saya melihat wawancara Gus Dur di acara televisi swasta, disana terlihat Gus Dur mempertanyakan kembali bagi seluruh rakyat Indonesia untuk melihat suatu kebenaran dengan berani bertindak, bukan menjadi rakyat bangsa yang takut akan ketidakbenaran. Jaman kepemimpinan Gus Dur dari 1999-2001, merupakan masa-masa dimana seluruh bangsa menempatkan dirinya sebagai integritas seluruh rakyat Indonesia beragam serta satu tujuan.

Dengan kecerdasan seorang Presiden, beliau Gus Dur melihat kondisi bangsa dengan baik, memberikan sentuhan keseimbangan, keselarasan serta keserasian bagi seluruh warga negaranya. Karena Gus Dur merupakan sosok besar yang mengajak semua persoalan kembali kepada UUD 1945, bahwa hal tersebut merupakan proses berpikir universal, sebagai penjaga Pancasila selama 7 abad lalu. Masih terasa dengan kebebasan yang diberikan oleh jaman Presiden Gus Dur, setelah usai kepemimpinan Presiden Soeharto selama 32 tahun lamanya.

Keadaan sosial 1999 dengan tahun 2018 tentunya sangat jauh berbeda, tapi tetap saja bumi berputar pada porosnya, serta planet-planet masih pada orbitnya. Mungkin kebebasan pendapat banyak menimbulkan perubahan serta pergeseran norma-norma etika dalam pelaksanaan serta penyampaiannya. Dahulu dengan masa transisi dan trasformasi demokrasi, terlihat kebebasan pada tahapan meraba kebebasan.

Sekarang dengan masa reformasinya, menikmati kebebasan seluas-luasnya tetapi mengeluarkan kebebasan cenderung memberikan hal-hal negatif. Jadi ada kesan bahwa kebebasan dengan segala bentuk euphoria, kita bisa melakukan segalanya tanpa terikat pada hukum, rambu-rambu, serta peraturan kepatuhan.

Dengan alasan kebebasan berpendapat dan kritik ?.

Lalu bagaimana apabila kebebasan itu menjadi anarkis ?.

Pada jaman Gus Dur, sebagai Presiden Republik Indoensia yang sah serta berdaulat, terdapat hukum, aparat hukum, dewan-dewan kebijakan, pembuat peraturan serta unit-unit kepatuhan yang dihasilkan dari masa-masa kepemimpinan sebelumnya.
Apakah itu bersifat adil atau tidak terhadap anda, mungkin anda bisa menjawabnya secara pribadi ?.
Apakah dijaman era pemerintahan sebelum Gus Dur, anda dapat menikmati kebebasan tersebut ?.

Penegasan yang diberikan oleh pemerintahan Gus Dur adalah tetap memberikan kebebasan tersebut tetapi tidak bisa memberikan legitimasi atau pembenaran untuk bertindak semau-maunya, semuanya ada asas kemanusian serta merujuk kepada peraturan yang berlaku.

Menurut Logemann, kebebasan dalam keterikatan,. “Tidak ada kebebasan yang sebebas-bebasnya dan absolute, yang membuat orang bertindak semau – maunya serta mencapai tujuan sesuka hatinya.  Dalam kebebasan untuk bertindak itu, ada keterikatan antara lain dengan norma-norma sosial dan hukum”.

Lalu bagaimana solusi terbaik Gus Dur melewati tahun-tahun pemerintahannya dengan ekspresi kebebasan tersebut ?
Dengan gaya pemikiran seorang negarawan, lalu mendengarkan aspirasi dari seluruh rakyat Indonesia dan tentunya mendengarkan pendapat-pendapat ulama-lama serta para sesepuh tokoh agama. Dalam ketegasannya sebagai orang no satu di Republik Indonesia, Gus Dur mempunyai solusi cerdas untuk melakukan tindak kenegarawannya, ia selalu bertindak dengan kuat dan berpedoman kepada ketentuan konstitusi UUD’45.

Masih banyak lagi cerita-cerita serta kenangan Presiden Abdurahman Wahid memimpin NKRI, dengan penuh kewibawaan, kecerdasaan, toleransi beragama, kesederhanaan, keselarasan dan keserasian.
Apabila anda mempunya kenangan bersama presiden Gus Dur, anda dapat memberikan komentar di kolom yang telah disediakan.

Terimakasih telah membaca dan semoga menyenangkan.
Melawan lupa, sejarah akan berbicara seutuh-utuhnya, diperlukan warga masyarakat yang berani berbicara tentang kebenaran bagi bangsanya sendiri. [fiq/rid]

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
© PT. Aliansi Rakyat Multimedia Indonesia 2021
userusersmagnifiercrossmenuchevron-down
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x