{"id":426,"date":"2018-02-24T03:26:30","date_gmt":"2018-02-24T03:26:30","guid":{"rendered":"http:\/\/www.rakyat.id\/?p=426"},"modified":"2018-02-24T03:26:30","modified_gmt":"2018-02-24T03:26:30","slug":"kisah-pendekar-tanpa-nama","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.rakyat.id\/peristiwa\/kisah-pendekar-tanpa-nama\/","title":{"rendered":"Kisah Pendekar Tanpa Nama"},"content":{"rendered":"

 <\/p>\n

Pendekar tanpa nama mempelajari sebuah puisi saat berada di kuil pengabdian sejati<\/p>\n

\n

Seandainya kau tanyakan kenapa aku tinggal di bukit hijau<\/p>\n

Aku akan diam-diam tertawa;jiwaku tenang<\/p>\n

Bunga-bunga persik mengikuti air sungai<\/p>\n

Ada langit dan bumi lain di balik dunia manusia<\/p>\n

Puisi karangan: Li Bai (Wangsa Tang)<\/p>\n

Dari puisi, seorang pendekar tanpa nama belajar tentang\u00a0 hidup kesederhanaan. Arti puisi mudah dimengerti, tidak rumit untuk dimengerti.\u00a0 Kesederhanaan dalam hal ini bukanlah suatu kesederhanaan yang didapat tanpa mempunyai ilmu pengetahuan yang tinggi . Penyair menulisnya dengan penuh kemahiran tingkat tinggi.<\/p>\n

Kerikil-kerikil putih berloncatan di arus sungai<\/p>\n

Satu-dua lembar daun memerah di musim gugur yang dingin<\/p>\n

Tak gugur hujan di jalan perbukitan<\/p>\n

Namun bajuku basah di udara yang hijau segar<\/p>\n

Puisi karangan: Wang Wei<\/p>\n

( Wangsa Tang)<\/p>\n

Lalu pendekar tanpa nama melihat semua pemandangan hijau dihadapan matanya, bertanya tentang langkah kehidupannya kembali. Pada saat itulah ia teringat tentang sebuah percakapan \u00a0antara Hu-ch\u2019iu kepada Lie Zi;<\/p>\n

Pengembara terbesar tak tahu ke mana ia pergi;<\/p>\n

Pemandangan terbesar tak tahu apa yang dipandangnya.<\/p>\n

Pengembaraannya tidak membawa ia ke suatu tempat lebih dari tempat lainnya;<\/p>\n

Tidak memandangnya tak terarah<\/p>\n

Ke suatu pemandangan lebih dari lainnya.<\/p>\n

Itulah yang kumaksud memandang dengan benar<\/p>\n

\n

Puisi-puisi\u00a0 ikut diceritakan dalam sebuah novel pengembara pendekar terbaik yang pernah saya baca yaitu Naga Bumi karya Seno Gumira.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

  Pendekar tanpa nama mempelajari sebuah puisi saat berada di kuil pengabdian sejati Seandainya kau tanyakan […]<\/p>\n","protected":false},"author":2,"featured_media":427,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"_acf_changed":false,"footnotes":"","iawp_total_views":0},"categories":[91],"tags":[185,184,187,186],"acf":[],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.rakyat.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/426"}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.rakyat.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.rakyat.id\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.rakyat.id\/wp-json\/wp\/v2\/users\/2"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.rakyat.id\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=426"}],"version-history":[{"count":1,"href":"https:\/\/www.rakyat.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/426\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":428,"href":"https:\/\/www.rakyat.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/426\/revisions\/428"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.rakyat.id\/wp-json\/wp\/v2\/media\/427"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.rakyat.id\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=426"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.rakyat.id\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=426"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.rakyat.id\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=426"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}